“LOVE, SEXS DAN DATING”
Data BKKBN (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional) tahun 2010 menunjukkan, 51% remaja di Jabodetabek
sudah melakukan seks pra nikah alias tidak perawan! Di Surabaya 54%, Bandung
47%, dan Medan 52%!! Estimasi jumlah aborsi di Indonesia adalah 2,4 juta kasus
per tahun, 800.000 di antaranya adalah pada usia remaja. Sungguh suatu data
yang mengerikan. Iblis berhasil dengan segala strateginya melumpuhkan anak-anak
muda, termasuk anak-anak Tuhan. Semua diawali dari hal yang sangat sederhana,
dan tidak ada satu manusia pun yang tidak rentan. Orang sekaliber Daud saja
bisa jatuh dalam dosa perzinahan, apalagi kita. Sehingga kita harus
sungguh-sungguh menjaga diri, menjaga kekudusan hidup (bukan sekedar tidak
berhubungan seks sebelum menikah tetapi sudah yang lainnya), Sehingga masa muda
kita maksimal dipakai untuk kemuliaan Tuhan.
Konsep kehidupan orang Kristen berbeda dengan
orang-orang lain. Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan dalam anugerah untuk
mengambil bagian dalam rencana karya penyelamatan Allah dalam tuhan Yesus Kristus.
Kehidupan yang bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang sudah
dipersiapkan Allah sebelum dunia diajadikan (Efesus 2:10). Oleh karena itu,
bagi orang Kristen bahwa pergaulan, pacaran, dan pernikahantidak lain dari
proses kematangan hidup untuk semakin dipersiapkan, memikul danmengerjakan
pekerjaan baik yang sudah disiapkan Allah.Dalam Kekristenan pacaran disebutkan
sebagai suatu masa perkenalan antara dua pribadi yang menjadi satu
kesatuan tubuh dalam kasih dan iman yang sungguh kepada Allah (bnd Kej 2:24; 1
Kor 7:1-16). Pacaran bukanlah sekedar perkenalan saja, melainkan suatu hubungan
yang mengikat dua pribadi menjadi satu keutuhan yang menuju kepada pernikahan
kudus (bnd Mat 19:6a). Setiap orang akan selalu berusaha mencari orang yang
terbaik untuk dijadikan pacar. Seorang laki-laki hendaklah mencari pacar
seorang wanita, dan sebaliknya hendaklahseorang wanita mencari pacar seorang
pria. Namun yang menjadi pertanyaan :
Apa yang membuat dua jenis manusia itu saling
tertarik satu sama lain? Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani.
Awal ketertarikan dapat dimulai dari segi jasmani atau rohani dan perlu
diketahui sulit sekali menetapkan usia berapa tahun dapat berpacaran. Seorang
priadapat tertarik kepada seorang wanita karena kecantikan, kesabaran, kelemah-lembutan
atau kegigihannya. Dengan berpacaran dua individu berusaha saling mengasihi dan
mencintai untuk kemudian dipersatukan sekalipun memiliki rentan usia yang jauh.
Baik tua maupun muda tidak lepas dari cinta-mencintai.´
Dalam
berpacaran ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu :
- Tahap Perkenalan : suatu tahapan di mana dua pribadi berusaha untuk saling mengenalsatu sama lain. Bagi pria dan wanita yang sudah saling kenal sebelumnya, proses salingmengenal itu lebih cepat.
- Tahap Penjajakan : pria dan wanita saling berusaha untuk mengenali kebiasaan, dansifat-sifat. Dari situ mereka dapat saling mengetahui apa mereka beruda saling tertarik dan mau saling berhubungan lebih dekat.
- Tahap Pendekatan : kedua individu berusaha untuk saling menerima satu sama lain, yangakhirnya menampakan ada rasa ingin lebih dekat lagi.
- Tahap Kesepakatan : hubungan kedua individu yang berlainan tersebut bukan lagi sekedar kenal, bukan lagi sekedar bersahabat, melainkan melangkah dalam kesepakatan untuk menikah. Akan tetapi dalam hubungan berpacaran, seringkali anak-anak remaja jatuh ke dalam dosa seks.Dengan kata lain melakukan seks di luar nikah. Berbuat seolah-olah sudah suami istri, atau menganggap dunia ini milik kita berdua´dan kurang memperhatikan teman-teman lain yang ada di sekitarnya.
Selain itu dalam berpacaran sering juga terhalang
karena faktor orang tua tidak setuju, misalnya karena perbedaan suku/budaya,
adanya perbedaan pendidikan. Oleh karena itu dalam berpacaran perlu adanya
keterbukaan dan pengenalaan yang lebih mendalam lagi mengenai latar belakang
seseorang yang akan dijadikan pacar. Selain itu terdapat juga masalah-masalah
yang lebih khusus lagi, misalnya cemburu. Hal itu boleh saja terjadi untuk
menandakan ada rasa cinta. Tetapi jika berlebihan akan mengakibatkan hal yang
sangat fatal. Saling menerima satu sama lain, bukan yang didasarkan pada nafsu
(cinta erotis) melainkan didasarkan pada kasih Ilahi (Agape)
Prinsip-prinsip:
·
Pacaran
adalah masa persiapan menuju pernikahan.
Berapa banyak pasangan menikah
yang berpacaran sejak usia SMA? Usia muda yang terbaik digunakan untuk maksimal
melayani Tuhan. Ketika kita tidak memiliki pasangan, maka konsentrasi kita
untuk melayani Tuhan lebih besar (1 Kor 7:32-35). Oleh karena itu, jangan
memulai suatu hubungan pacaran, bila kita tahu pada akhirnya akan putus karena
kita tidak sedang berencana menikah dengan orang tersebut. Hal itu akan
membuang waktu, tenaga, biaya, perhatian, dll, sehingga kita sangat tidak
maksimal dalam melayani Tuhan. Jalinlah hubungan persahabatan yang baik. Rasa
suka memang pasti hinggap di hati kita di masa-masa usia belasan. Mintalah
Tuhan untuk mengontrol perasaan hati, dan menunggu waktu yang tepat untuk
memulai hubungan pacaran yang serius, menuju pernikahan.
·
TUHAN
sudah mempersiapkan seorang yang terbaik.
Jangan kuatir tidak akan dapat
pasangan hidup, karena Tuhan sudah mempersiapkan yang terbaik. Tuhan tahu
kebutuhan kita anak-anakNya. Tuhan tahu kebutuhan kita akan makanan, pakaian,
termasuk pasangan hidup (Mat 6:31-33). Dalam buku Waiting and Dating, kita akan
menemukannya dalam perjalanan “mencari dahulu Kerajaan Allah”. Cari dahulu
panggilan hidup, dan fokuslah melayani Allah. Tiba-tiba kita akan bertemu
seseorang yang luar biasa, yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan!
·
ROH-JIWA-TUBUH.
Inilah aturan Alkitab dalam kita
memilih pacar (calon pasangan hidup). Jangan karena si dia sangat cantik /
ganteng, kita tidak lagi mempedulikan kondisi rohani dan karakternya. Hukum
Tuhan adalah sebaliknya. Lihatlah terlebih dahulu kondisi rohaninya, dan jatuh
cintalah padanya terutama karena hal ini! (Ams 31:30) Lalu lihatlah
karakternya, bagaimana kedewasaannya dalam bertingkahlaku, berbicara, bekerja,
dll. Baru kemudian ketertarikan secara fisik. Pacaran (apalagi menikah) dengan
orang yang tidak seiman tidak dibenarkan menurut Alkitab (2 Kor 6:14). Tidak
seiman bukan hanya soal beda agama. Orang Kristen yang hidup jauh dari Tuhan
juga termasuk tidak seiman. Pasangan yang lahir baru adalah syarat mutlak, bila
ingin menikmati rumah tangga yang berbahagia.
2 Korintus 6:14 menuliskan:
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tidak
percaya. Hal ini sangat penting sekali untuk diingat oleh setiap anak Tuhan.
Kita harus beraniberkata tidak dengan orang yang tidak seiman. Mengapa harus
seiman? Karena dalam keluarga Kristiani, Kristuslah yang menjadi kepala dalam
keluarga. Dengan dasar iman kita banyak membuat keputusan. Contoh yang sangat
mudah, bila suatu saat kita dipecat dari pekerjaan. Orang beriman akan datang kepada
Tuhan dan berdoa, tetapi orang tidak beriman bisa sampai bunuh diri karena
putus asa. Kita sebagai anak Tuhan tidak bisa selalu sejalan dengan yang bukan
anak Tuhan, maka akan terjadi banyak masalah di kemudian hari. Seringkali orang
berkata, “Ya nanti saya injili dia”. Hati-hati dengan hal ini, bila kita tidak
kuat bisa-bisa kita yang mundur dari Tuhan. Jangan pakai pacaran sebagai media
untuk penginjilan. Hal itu sangat beresiko tinggi. Lalu apa yang dimaksud
dengan seimbang? Seimbang disini berarti pasangan kita sama-sama punya kerinduan
untuk bertumbuh di dalam Tuhan. Karena sekarang ini banyak sekali orang Kristen
KTP. Orang Kristen KTP bukanlah orang Kristen yang sungguh-sungguh, jadi hampir
sama saja dengan orang yang bukan Kristen dan akhirnya kita akan menemukan
masalah-masalah yang sama seperti bila kita berpacaran dengan orang yang tidak
seiman
·
Visi
pacaran: keluarga Kristen misioner.
Akwila dan Priskila adalah contoh
pasangan ideal dalam Alkitab yang patut kita teladani (Kis 18:2-3, 18, 26-28,
Rom 16:3-5). Mereka menampung Paulus, seorang misionaris yang “sangat beresiko”
di rumah mereka, dan mereka mendukung pelayanan Paulus di Korintus. Mereka
berdua menemani Paulus sampai ke Efesus, dan tinggal disana. Lalu mereka berdua
melihat kekurangan dalam diri Apolos, lalu dengan teliti mengajarkan Firman
Tuhan dan memuridkan Apolos, sampai Apolos menjadi sangat berguna bagi jemaat.
Bahkan menurut surat Paulus di Roma, keduanya mempertaruhkan nyawa bagi
pelayanan Paulus, sampai seluruh jemaat bukan Yahudi menyampaikan terima kasih
pada pasangan ini. Rumah mereka pun dipakai untuk kebaktian jemaat.
Inilah pentingnya memilih
pasangan hidup yang sevisi di dalam Tuhan, yang sama-sama mengasihi Tuhan lebih
dari segalanya. Suami istri yang demikian akan sangat luar biasa dipakai oleh
Tuhan. Contoh: dr. Paul Brand dan dr. Margaret Brand, pasangan dokter dari
Inggris yang mengabdikan diri untuk melayani Tuhan, dengan menjadi dokter untuk
penderita kusta di India. Biasakan mengisi pacaran dengan hal-hal rohani,
seperti berdoa sebelum dan seusai pertemuan, membahas Firman, membicarakan
pelayanan, pelayanan bersama, dll. Utamakan saling mengenal satu sama lain dalam
berpacaran. Pernikahan harus menjadi kesaksian, yang membuat orang tidak trauma
dengan pernikahan.
·
Pakailah
Akal Sehat.
Kejadian 24:14 menulis demikian:
Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata:Tolong
miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan
unta-untamu juga akan kuberi minum; dialah kiranya yang Kautentukan bagi
hamba-Mu, Ishak; maka dengan begituakan kuketahui, bahwa Engkau telah
menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.Ayat ini memperlihatkan bahwa
Eliazar, hamba Abraham yang mendapat tugas mencarikan isteri untukIshak memakan
akal sehatnya. Ia mencari seorang wanita yang baik, yang rajin bekerja, yang
maumenolong dan murah hati.Orang bilang “Love is blind”. Hal ini tidak berlaku
buat anak-anak Tuhan. Justru dalam masa pacaran kitaharus mengenali pasangan
kita dengan sungguh-sungguh. Kita buka mata kita terhadap semua sifat-sifat pasangan
kita, baik itu yang positif maupun yang negatif. Bila kita pakai prinsip “Love
is blind” maka kitatidak boleh bersedih bila nanti kita baru tau bahwa pasangan
kita malas luar biasa. Jangan sampai kitaharus mencucurkan banyak airmata hanya
karena kalimat “Love is blind” ini.
·
Pacaran
bukan untuk mengisi hidup agar lebih utuh.
Keutuhan hidup tidak akan pernah
bisa dicapai dari pasangan hidup (Yoh 4:13-18). Hanya Tuhanlah yang dapat
membuat hidup kita terasa lengkap dan utuh. Bagaikan 2 gelas setengah penuh
yang mencoba saling mengisi, ketika 1 penuh, maka yang lain kosong. Ketika
seseorang berpacaran hanya untuk mengisi kekosongan, maka ia akan terus
menuntut perhatian demi perhatian dari pasangannya. Kisah pacaran akan diisi
dengan tuntutan-tuntutan yang membuat pasangan lainnya gerah, lalu mencari
pasangan yang lain, atau mencoba mengatasi kekesalannya dengan hal-hal lain.
·
Cinta
tidak pernah berfokus pada diri sendiri.
Definisi kasih digambarkan Allah
yang rela mengorbankan diriNya (Agape),
segalanya, demi keselamatan dan kebahagiaan kita, manusia yang berdosa (Yoh
3:16). Salah satu ciri kasih dalam 1 Kor 13:4-7, adalah tidak mencari
keuntungan diri sendiri. Memanfaatkan pacar untuk ketenaran diri, kepuasan
diri, kebutuhan diri (akan uang si pacar, kecerdasan si pacar, dll), bukanlah
cinta. Cinta berarti rela mengorbankan kepentingan diri demi sang pasangan.
·
Jaga
kekudusan dalam berpacaran.
Dalam bukunya I Kissed Dating
Goodbye, Joshua Harris menegaskan bahwa ciuman pertama harus dilakukan di altar
gereja, saat pemberkatan pernikahan. Hindari ciuman dalam berpacaran. Hindari
banyak sentuhan fisik dalam berpacaran. Bergandengan tangan sudah lebih dari
cukup. Hindari berduaan di tempat sepi, dan berpakaianlah lebih tertutup untuk
wanita (Yak 1:14-15, 1 Tim 2:9). Wanita sangat memegang peranan penting dalam
hal ini. Ilustrasinya bagaikan kepalan tangan. Jika jempol sudah terbuka, maka
jari-jari lainnya akan mudah dibuka. Jika ciuman sudah dilakukan, maka hal-hal
yang lebih jauh dari itu akan mudah dilakukan, dan tanpa sadar seks pra nikah
pun terjadi. Ingatlah untuk selalu berdoa, menyepakati hal ini dengan pasangan,
dan meminta Roh Kudus yang menguasai diri kita sepenuhnya sehingga kita mampu
mengendalikan diri (Gal 5:22). Kegagalan masa lalu sudah berakhir dan tidak
perlu diingat, ketika kita mengalami lahir baru, dan Roh Kudus hidup di dalam
kita. Jalanilah hidup baru, termasuk hidup pacaran yang kudus di hadapan Tuhan.
·
Siap
pacaran, harus siap kehilangan.
Jatuh cinta memang berjuta
rasanya. Tetapi berhati-hatilah bila kita mulai menganggap pacar kita sebagai
segala-galanya. Ketika kita memiliki sikap siap kehilangan dia dalam hati,
walaupun sulit, berarti kita masih berpusat pada Kristus dalam hubungan kita.
Bila kita tidak siap kehilangan dia, tidak mau lepas darinya, tidak bisa hidup
tanpa dia, maka kita sesungguhnya telah berpusat pada pasangan kita (Mat
10:37-39, 22:37-38).
·
Seks
pra nikah adalah dosa.
Seks adalah lambang bersatunya
dua manusia menjadi satu daging, dan itu hanya terjadi setelah pernikahan (Mat
19:5-6, 1 Kor 6:16, Ibr 13:4). Seks dalam pernikahan adalah hal yang begitu
indah yang dikaruniakan Allah untuk dinikmati manusia dalam keluarga.
Sebaliknya, seks pra nikah akan membawa kedukaan dan berbagai masalah yang
berujung pada kehancuran rumah tangga. Masalah hawa nafsu bukan hanya seks pra
nikah. Alkitab menyebutkan perzinahan sudah terjadi ketika kita memandang lawan
jenis dengan mata penuh nafsu (Mat 5:28). Membicarakan hal-hal seksual dengan
penuh nafsu juga kekejian di mata Allah (Ef 5:3). Termasuk juga dalam kategori
dikuasai hawa nafsu adalah: masturbasi, menonton film yang ada adegan porno dengan
sengaja untuk melihatnya, menelusuri pornografi di internet, menikmati bacaan
seksualitas dalam novel remaja, imajinasi seksual, menikmati bacaan artikel
seks di majalah dewasa, dan tindakan-tindakan lainnya (Gal 5:19-21). Godaan
hawa nafsu datang setiap saat. Oleh karena itu, ketika hal-hal seperti ini
datang dalam pikiran kita, segeralah “lari” kepada Tuhan, seperti yang
dilakukan Yusuf. Berlama-lama memandang seperti Daud terhadap Betsyeba,
berakibat perzinahan terjadi.