Kabar
Baik Bagi Orang-orang Tertindas
(Jesaya
61:1-2 dan Lukas 4:18-19)
I.
Pendahuluan
Dalam
dunia zaman sekarang ini, masih banyak orang-orang tertindas yang ditindas oleh
orang-orang yang berada di atas. Di mana masih banyak para pembantu rumah tangga
yang disiksa oleh para majikannya. Kaum bawah dilakukan tidak selayaknya bahwa
mereka adalah sama-sama ciptaan Allah. Di zaman sekarang ini, keselamatan yang
telah diberitakan oleh para nabi Perjanjian Lama sudahlah tidak lagi relevan.
Padahal jika kita mengaji nya lebih dalam lagi apa yang telah diberitakan oleh
para nabi itu adalah berita keselamatan yang selalu aktual sampai pada zaman
sekarang ini.
Keselamatan
yang diberitakan oleh para nabi akan selalu aktual di dalam kehidupan zaman
sekarang, jika kita semua mengerti makna yang ada di dalam Alkitab atau Firman
Allah. Karena Allah telah memberitakan keselamatan itu sejak zaman nabi-nabi
dan memberikan anak Nya yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk memberitakannya lagi,
serta Yesus Kristus pun mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan kita semua umat
manusia.
Dalam
sajian ini, penulis mencoba untuk mengemukakan bahwa kabar keselamatan yang
diberitakan nabi para nabi masih aktual dalam kehidupan kita sekarang ini.
Di mana pada zaman Perjanjian Lama kita mengartikan bahwa kabar keselamatan yang
disuarakan para nabi adalah kabar keselamatan bahwa bangsa Israel akan bebas
dari perbudakan, sedangkan pada zaman Perjanjian Baru sampai sekarang ini kabar
keselamatan yang dikatakan Yesus Kristus adalah kabar keselamatan tentang
bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yang hanya dapat diperoleh
dalam Kristus. Di mana Allah menyediakan dasar keselamatan, menawarkannya, dan
bagaimana Allah sendiri pada diri-Nya adalah satu-satunya keselamatan manusia.
II.
Terminologi
Kata
kabar baik dalam bahasa asli adalah בּשׂﬧ dan dalam bahasa
yunani εύαγγελιζεσθαι, dalam sastra klasik kata ini mengacu kepada pahala
yang diberikan untuk berita-berita yang baik. Juga menunjuk kepada apa yang
dikabarkan, mula-mula kemenangan, kemudian berita kesukaan lain. Kabar baik
adalah Allah di dalam Yesus Kristus telah memenuhi janji-janji-Nya kepada
Israel, dan bahwa suatu jalan keselamatan telah dibuka bagi semua orang.[1]
Sedangkan di dalam Perjanjian Baru
dengan jelas menunjukkan bahwa Kabar Baik itu menjadi jelas oleh kematian dan
kebangkitan Yesus, sang Kristus. Kabar Baik itu datang bersama Kristus, tetapi
telah diberitakan terlebih dahulu dalam janji-janji berkat Allah kepada Abraham
dan telah dijanjikan dalam Kitab para nabi.[2]
Secara umum, Kabar Baik adalah sebuah
berita keselamatan bagi manusia, yang diberitakan oleh para nabi terdahulu,
sehingga pada akhirnya Yesus Kristus sendirilah yang memberitakan Kabar Baik
itu sendiri dan Dia-lah yang telah menjadi Kabar Baik tersebut.[3].
Pengertian Kabar Baik dapat ditinjau
dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
a. Perjanjian
Lama dalam Yesaya 61:1-2 (בּשׂﬧ )
Kata
בּשׂﬧ berarti membawa Kabar Baik atau Berita Baik, di dalam Bangsa
Syiria בּשׂﬧ berarti membawa Berita Sukacita atau Kebahagiaan. Di dalam
Perjanjian Lama kata בּשׂﬧ
terdapat 30 kali, 14 kali dalam bentuk piel, i
kali dalam bentuk hithpael, 9 kali dalam bentuk subtantival participle, dan 6
kali dalam bentuk kata benda.[4]
Di
dalam trito Yesaya kata בּשׂﬧ ini mendapat proses keintenfikasi
yang besar dalam pengertiannya. Yang pertama sekali kata בּשׂﬧ ini digunakan untuk memproklamasikan
Keagungan Allah. Di dalam Yesaya 61:1, kata בּשׂﬧ lebih dari kata memproklamirkan saja,
tetapi juga lebih dari nubuatan para nabi untuk masa depan. Dalam interprestasi
misinya para nabi melihat bahwa prioritas utamanya adalah membawakan Kabar Baik
kepada orang-orang yang menderita. Proklamsi itu mencakup penyelamatan dan juga
berita kebahagiaan dari Allah, inilah yang menjadi element penting dalam
pekerjaan para nabi, di mana pekerjaan mereka mencakup: penyembuhan,
membebaskan, memberi kenyamanan, menyelamatkan dan lain-lain.[5]
b. Perjanjian
Baru dalam Lukas 4:18-19 (εύαγγελιζεσθαι)
Yesus
Kristus adalah salah satu yang membawa Kabar Baik untuk terakhir kalinya. Kata
εύαγγελιζεσθαι dapat ditemukan dalam perkataan Yesus Kristus di dalam Lukas 4:18,
menurut Lukas 4:18 Yesus Kristus dalam Kotbah-Nya di Nazareth memakai Yesaya
61:1 yang tujuannya kepada diri Yesus Kristus sendiri[6].
Kata
yang dipakai dalam Lukas 4:18-19 adalah ευαγγελισασθαι artinya menyampaikan
kabar baik. Dalam PB Yesus disebut sebagai pembawa kabar baik
(ευαγγελιζόμενος), dan Yesus sendiri adalah isi pesan-Nya. Dalam Injil Lukas
ditunjukkan bahwa tugas Yesus menyampaikan kabar baik adalah tentang kerajaan
Allah. ini adalah misi dan kewajiban rohani Yesus. Kehadiran kerajaan Allah
berarti sukacita.[7]
Kata
ευαγγελισασθαι, memberikan gambaran luas atas seluruh pekerjaan Yesus.
Keseluruhan hidupnya merupakan pernyataan Injil. Oleh sebab itu kelahiran-Nya
merupakan kabar baik (Luk.2:10). Kedatangan Yesus ke dunia ini, kehidupan dan
kematian-Nya merupakan pesan damai yang agung. Dengan kata lain seluruh
pekerjaan Yesus telah digambarkan dalam kata ευαγγελισασθαι.[8]
Sehingga kata ευαγγελισασθαι tidak hanya ucapan dan khotbah melainkan suatu
pengumuman yang penuh dengan otoritas dan kekuasaan.
Berdasarkan
uraian diatas, saya berpendapat bahwa Kabar Baik yang diberitakan oleh
para nabi terdahulu, adalah Kabar Baik yang mencakup keselamatan bagi bangsa
Israel, sedangkan Kabar Baik yang diberitakan oleh Yesus Kristus adalah
Kabar Baik bagi seluruh umat manusia, dan selain itu Yesus Kristis sendirilah
Kabar Baik yang selama ini diberitakan oleh para nabi terdahulu.
III. Pembimbing
Teks
3.1 Kitab
Yesaya
Kitab
Yesaya adalah kitab yang memberitakan kabar keselamatan bagi semua bangsa,
dimana pada masa pemberitaan nabi Yesaya kabar keselamatan ini ditunjukkan
kepada bangsa Israel saja. Tetapi bayangan keselamatan ini diluaskan kepada dua
arah yang berlainan: pada satu segi, keselamatan ini ditingkatkan sedemikian
rupa, hingga baru terwujud di dalam langit dan bumi baru yang Tuhan ciptakan
(65:17), di mana sinar matahari dan bulan diganti oleh cahaya kemuliaan Allah
(60:19-20). Pada segi lain, berdasarkan berita nabi-nabi abad kedelapan dan
ketujuh ditekankan bahwa kini Tuhan menyertai orang-orang remuk, miskin dan
patah semangat[9].
Latar
belakang Kitab Yesaya 61:1-2
Yesaya
56-66 merupakan Yesaya ketiga (Trito Yesaya) yang berasal dari masa setelah
pembuangan (kira-kira tahun 520 sM). Bagian ketiga ini dipandang berasal dari
pengikut nabi yang kedua (Yes.40-55). Harapan yang ditimbulkan Deuteroyesaya
(kesejahteraan) yang dinantikan Hagai dan Zakharia tidak kunjung datang. Yang
terjadi pada masa itu adalah kebanyakan orang Yehuda menderita kekurangan dan
sejumlah kecil warga kota bertambah kaya. Sebagian dari mereka rajin beragama,
namun tidak menghiraukan nasib sesamanya, sebagian lagi mencari jaminan pada
TUHAN dan dewa-dewa. Dalam situasi demikian bangkitlah Tritoyesaya untuk
mengaktuilkan nubuatan Deuteroyesaya.[10]TUHAN
menyuruh hamba-Nya memberitakan tahun rahmat yang mewujudkan tahun Yobel.
Proklamasi ini berupa keputusan hukum, itu sebabnya nabi menekankan bahwa TUHAN
mencintai hukum atau keadilan. Siapa saja yang bertindak menurut keadilan dan
mengaku TUHAN akan diberikan keselamatan, biarpun mereka orang asing yang
menggabungkan diri kepada TUHAN.[11]
Tritoyesaya
juga memastikan bahwa TUHAN mengasihi umat-Nya seperti seorang ibu mengasihi
anaknya dan bahwa Ia kini bersama-sama dengan orang yang remuk hati untuk
menghidupkan hati mereka. Ia juga menugaskan anggota umat-Nya untuk membebaskan
orang-orang tertindas dari berbagai tekanan yang diderita mereka.[12]
Dalam
pasal ini, sejiwa dengan pasal 60 dan 62, dan memberitakan, bagaimana
pemanggilan dan tugas nabi yang menubuatkan keselamatan kelak di Yerusalem.
Orang yang berfirman pada ayat 1-2 sadar bahwa ia diutus oleh Allah untuk
memberitakan keselamatan, sama seperti nabi-nabi besar yang yakin bahwa firman
Allah dipercayakan kepada mereka. Pada satu pihak, ayat 1-2 bersandar kepada
“nyanyian hamba Tuhan” yang pertama, hamba Tuhan itu datang demi keselamatan
bangsa-bangsa, tetapi nabi ini disuruh melepaskan orang-orang sengsara di sion.
Pada pihak lain, diduga bahwa orang ini ditempatkan di dalam rentetan nabi-nabi
yang dihinggapi Roh untuk memberitakan keselamatan kepada Israel di zaman
raja-raja[13].
Tuhan
menyuruh hamba-Nya memproklamirkan tahun rahmat yang mewujudkan maksud-tujuan
tahun sabat dan tahun Yobel, ketika orang miskin yang menyerahkan dirinya atau
anggota keluarganya menjadi budak (bnd. Im 25: 35-43 dan Yer 34:8-22) ataupun
yang menjual tanah pusaka karena berhutang (bnd. Im 25: 25-38) diberi kembali
kemerdekaan dan tanah usaha. Proklamasi ini menekankan bahwa TUHAN mencintai
hukum/keadilan (61: 8). Dengan keputusan-Nya Allah menjamin hak orang sengsara
dan memungkinkan hubungan yang adil dalam masyarakat, karena Allah sendiri di
pihak orang-orang kecil[14].
3.2
Injil Lukas
Kata
Injil berasal dari bahasa Yunani yang masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui
bahasa Arab. Kata itu berarti “Kabar Baik”. Dalam Perjanjian Baru, Injil
berarti “kabar baik tentang Yesus Kristus”. Dengan demikian Injil Lukas berarti
“kabar baik tentang Yesus Kristus yang ditulis Lukas”. Memang dalam Kitab Lukas
tidak tertera bahwa yang menulis kitab itu adalah Lukas, tetapi sejak dahulu
kala sudah diakui bahwa kitab ini ditulis oleh Lukas. Dia adalah seorang
“tabib” atau “dokter” (Kol. 4:14) yang menjadi: “Teman sekerja” Rasul Paulus
dalam mengabarkan Injil (Filemon 1:24)[15].
Tema[16]
Tema-tema dalam Injil Lukas adalah sebagai
berikut:
1.
Keselamatan
bagi semua
Lukas mempunyai pesan yang menyeluruh tentang
keselamatan universal. Lukas tidak terpengaruh oleh ketakutan pada Injil
lainnya. Lukas menekankan bahwa Yesus tetap terbuka bagi orang Yahudi yang
kembali kepada-Nya (Kis. 3:17-20).
2.
Belas
kasih dan pengampunan
Dalam Injil Lukas, Yesus selalu berusaha
membantu yang miskin, pendosa, yang tersisih.
3.
Kegembiraan
Injil Lukas memancarkan kegembiraan
keselamatan. Kegembiraan mengalir dari suatu kepercayaan terhadap kasih Allah
dan belas kasih-Nya seperti ditunjukkan dalam pengajaran dan tindakan Yesus.
4.
Perjalanan
Lukas menggunakan tema perjalanan untuk
menyusun bagian pusat dari Injilnya (9:51-19:44), yaitu seputar perjalanan
terakhir Yesus dari Galilea ke Yerusalem.
5.
Kehidupan
Kristen Modern
Lukas membuat ajaran Yesus dapat diterapkan
dalam kehidupan pembaca kelas menengah dalam suatu masyarakat kosmopolit.
Iamenunjukkan bahwa warga negara yang baik dapat diselaraskan dengan
kekristenan.
6.
Pemenuhan
Nubuat
Perutusan keselamatan Yesus telah dipersiapkan
berabad-abad. Lukas mengutip banyak sekali ajaran Perjanjian Lama untuk
pembacanya yang Yunani, meskipun tidak sebanyak Matius. Salah atu ungkapan yang
disukai Lukas adalah “Hal itu harus terjadi” (Lukas 2:49).
7.
Kenaikan
Kenaikan mengikuti kebangkitan merupakan tindakan
pemuliaan disaat Yesus duduk di sisi kanan Bapa. Kenaikan menentuka bagi
tindakan penyelamatan Yesus, karena lewat pemuliaan-Nya ini Roh Kudus dicurahka
kepada Gereja dan keselamatan terbuka bagi semua orang.[17]
Latar
Belakang Injil Lukas 4:18-19
Dalam
pasal ini, dapat kita sebut bahwa pasal ini bagian dari sumarium, di mana Yesus
berkotbah di Nazaret. Inilah yang menjadi permulaan pekerjaan Yesus Kristus di
muka umum. Sudah jelas bahwa pada pasal ini Yesus Kristus datang untuk
mengabarkan “Kabar Baik/Keselamatan” kepada orang-orang miskin, orang-orang
tertindas[18].
Injil Lukas dibuat setelah tahun 70
kira-kira 75. Lukas adalah seorang bukan Yahudi
(Kol.4:14).[19]
Gaya bahasa dan susunan tulisan Lukas mempunyai ciri khusus, yaitu pemakaian hukum dwiganda. Artinya, Lukas sering
menduakalikan kata-kata dan kalimat-kalimat, menghubungkan dua kata yang saling
melengkapi atau yang merupakan lawan masing-masing memberi dua contoh dari satu
kejadian yang sama dan seterusnya. Barangkali Lukas berkenalan dengan bentuk sastra
demikian adalah karena membaca Septuaginta.[20]
Tema-tema
besar dalam Injil Lukas ini adalah Lukas menceritakan riwayat Yesus sebagai
sejarah; gagasan pokok dalam pelayanan Yesus adalah Injil Keselamatan ; keselamatan itu adalah untuk semua orang (karena
semua orang telah hilang).[21]
Maksud Injil Lukas ini adalah untuk memberikan kesaksian, yang berdasarkan
kepercayaan, tentang pekerjaan Yesus, yakni bahwa di dalam Dia menurut rencana
Allah, keselamatan itu disuguhkan sepenuhnya kepada orang yang bukan Yahudi,
orang yang hina dan orang yang berdosa.[22]
IV. Tafsiran
4.1.
Tafsiran Kitab Yesaya 61: 1-2
Ayat
1-2,
tentang hambaNya itu Tuhan berfirman: “Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya”.
Nabi ini pun mengetahui bahwa Roh datang ke atasnya atau kepadanya.
Terjemahan “ada padaku” janganlah diartikan seolah-olah nabi mempunyai Roh pada
dirinya, tetapi jelas bahwa Roh dikaruniakan kepada nabi itu. Dengan demikian
nabi diurapi (lain dengan Elisa yang diurapi oleh Elia, agar ia
menggantikannya sebagai nabi 1 Raj. 19:16). Bukan nabi sendiri yang penting,
melainkan firman yang dipercayakan kepadanya sebagai duta Allah[23].
Berbeda
dengan Yesaya, nabi ini membawa kabar baik yang menimbulkan
kesukaan. Yesaya melaporkan kepada kota-kota Yehuda bahwa Tuhan datang (40:9)
dan yesaya berlari ke Yerusalem dengan kabar bahwa Tuhan itu raja (52:7, bnd.
Maz. 96:2-3, 13). Kabar ini bukan firaman nabi yang berdasarkan nubuat,
melainkan Injil yang disaksikan oleh pemberitanya. Injil ini dialamatkan kepada
orang-orang sengsara, orang-orang yang berkekurangan, miskin dan
tertekan. Bukan Israel seluruhnya, bukan Yerusalem, melainkan orang-orang yang
menderitalah yang diberi kesukaan (kabar keselamatan) ini[24].
Memang
keselamatan ini bukan milik Israel saja, tetapi seperti bumi memancarkan
tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang di taburkan,
demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan
semua bangsa-bangsa (61:11, bnd. 66:18-19 dan 21), di mana orang asing pun
menjadi imam dan orang lewi[25].
Pasal ini menggambarkan kesejahteraan yang akan datang untuk kota sion yang
hancur lebur[26].
Orang-orang
yang remuk hati dirawat sampai sembuh (tentang patah hati, bnd. Maz. 51:19;
147:3, tentang patah semangat, bnd. 57:15 dan 50:4, untuk mendapat suatu masa
depan yang baik). Kepada orang-orang tawanan diberitakan pembebasan; mereka
yang tadinya memperhambakan diri karena utang, atau dipenjarakan karena tidak
sanggup membayar, dinyatakan bebas. Orang-orang yang terkurung dilepaskan.
Pembebasan
ini dikiaskan kepada tahun sabat, tahun penghapusan hutang (Ul. 15:1-8, di mana
dibebaskan hamba-hamba dan orang miskin yang berutang) atau dengan tahun
kelima-puluh, tahun Yobel (Im. 25:10-17, di mana masing-masing mendapat bagian
dalam tanah-pusaka umat Israel dan dengan demikian menjadi merdeka, berhak
penuh di dalam masyarakat), tahun itu disebut tahun rahmat. Di mana
orang-orang yang tertindas dibebaskan dan orang-orang yang menindas akan di
hukum yaitu hari pembalasan[27].
Di
dalam pasal ini, nabi Yesaya ingin mengatakan bahwa Allah itu adalah penebus
Israel. Dan yang lebih mengesankan lagi adalah bahwa pasal ini memperkirakan
lebih jauh ke masa depan dan berbicara kepada orang-orang yang kembali dari
pembuangan. Hidup dengan jujur, kemuliaan Yerusalem di masa depan dan
pembalasan Allah terhadap para musuh-Nya adalah topik-topik umum. Di dalam
semua ini, Allah menyampaikan agenda-Nya di hadapan Israel, sehingga umat itu
dapat mengerti dan menguatkan kekudusan, kedaulatan dan kesetiaan-Nya. Nabi
Yesaya dengan jelas berbicara tentang Roh Allah, di mana Yesus juga menggunakan
perikop ini di rumah ibadat di Nazaret, ketika Ia menyatakan bahwa hal itu
telah digenapi pada “hari ini sewaktu kamu mendengarnya”[28].
Perkataan “Hamba Allah” tidak terdapat
dalam nyanyian ini, namun agaknya dapat disimpulkan dari perkataan padaku (ay.1). Dapat diperhatikan dalam
orang yang diurapi dengan Roh dan yang dilengkapi dengan Roh, merupakan
percampuran istilah yang menjurus kepada Hamba dan Raja Mesianis. Hamba ini
datang membawa kabar baik yang menimbulkan kesukaan bagi orang-orang sengsara.
Orang-orang sengsara diterjemahkan dengan orang miskin dalam septuaginta.[29]
Ay.1-2 ini merupakan kabar sukacita
yang dirasakan oleh nabi dalam batinnya sehingga terdorong untuk
mengucapkannya. Kata yang dipakai untuk menggambarkan penerimaannya terhadap
Firman Tuhan, adalah “atas ku.” Telah mengurapi Aku untuk membawa kabar
sukacita, membalut, memproklamirkan, dan memberi kenyamanan. Nabi ini sadar
bahwa semua itu merupakan maksud atau tujuan TUHAN yang akan menggetarkan hati
orang-orang yang sangat membutuhkannya. Dalam penyataan ini, TUHAN menunjukkan
bagaimana TUHAN bekerja melalui hambanya, dan khususnya di sini, bagaimana
TUHAN memberi perubahan dari keputusasaan yang mendalam menuju puncak sukacita.
Mereka yang telah dibawa ke dalam tahanan (mereka dan keturunannya) dari
perkabungannya akan diubah menjadi sukacita. [30]
Roh Tuhan telah mengurapi aku, pengurapan di
sini dengan jelas dihubungkan lebih kepada pemberian Roh TUHAN daripada
pengurapan minyak seperti biasa dilakukan dalam pengurapan para nabi atau raja.
Hal ini menunjukkan adanya tugas khusus yang diberikan. Membawa kabar baik
telah menjadi tema sentral dalam pasal 40 pada orang-orang miskin. Orang yang
remuk hati sering juga disejajarkan dengan orang-orang miskin. Di sini hal itu
dengan tajam menggambarkan keadaan komunitas Yahudi yang putus asa di sekitar
kejatuhan Yerusalem, sebelum Ezra kembali. Memberitakan
pembebasan kepada para tawanan, biasanya digunakan dalam PL untuk menyebut
tahun Yobel (Im.25). Ini sebutan untuk pembebasan para budak setiap tahun
ke-limapuluh. Nabi ini menggunakannya sebagai simbol atas pembebasan dari
masalah pembuangan. Tidak ada bukti tahun Yobel telah pernah ada, tetapi itu
merupakan metaphor atas kebebasan yang dipersiapkan TUHAN kepada umat-Nya
melalui alat-alat pilihan-Nya.[31]
4.2.
Tafsiran Injil Lukas 4:18-19
Ayat
18-19, adalah kutipan dari Yesaya 61:1-2, Septuaginta, yaitu Perjanjian Lama
dalam bahasa Yunani. Ayat ini memberikan keterangan tentang Mesias dan
pekerjaan-Nya. Ketika Yesus mengatakan bahwa kata-kata itu sudah digenapi, Ia
sekaligus menyatakan bahwa Dia bukan hanya sekedar nabi biasa, tetapi juga
Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel.
Roh
Tuhan ada pada-Ku: ungkapan ini kembali mengingatkan kita
pada peristiwa pembaptisan-Nya. Roh Tuhan “Roh Allah”, atau “Roh yang
diutus Allah”. Ada pada-Ku: dalam kata-kata ini tersirat pengertian
bahwa Roh Tuhan ada pada Yesus untuk menolong Dia atau memberikan kuasa
kepada Dia untuk melakukan beberapa hal dalam pekerjaan-Nya[32].
Oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku. Mengurapi
berarti, menuangkan minyak zaitun ke atas kepala seseorang sebagai tanda bahwa
orang tersebut telah dipilih atau diutus atau dilantik oleh Allah menjadi imam
atau raja. Di sini kata mengurapi dipakai sebagai kiasan karena pada
waktu itu tidak “diurapi” dengan minyak sebagaimana biasa dilakukan, tetapi
Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus pada waktu Dia dibaptis. Jadi kata mengurapi
berarti melantik atau “menugaskan” atau “mengangkat” dengan
membawa kuasa dari Tuhan[33].
Menyampaikan
kabar baik: ungkapan ini dapat juga diterjemahkan menjadi:
“memberitakan kabar baik” atau “mengumumkan kabar baik”. Kabar baik tersebut
berasal dari Allah yang berarti Kabar Keselamatan juga[34].
Menurut Donahue, Lukas adalah seorang penginjil yang paling tertarik akan
“Keadilan Sosial” dan Yesus dalam pandangan Lukas adalah seorang nabi dalam
model Perjanjian Lama. Dalam magnificat, Yesus diwartakan sebagai satu-satunya
yang menunjukan belas kasih dan keadilan Tuhan yang menyelamatkan; Dia akan
menurunkan yang berkuasa serta mengangkat yang hina-hina dan mengenyangkan
mereka yang lapar. Motif kenabian ini diambil oleh Yesus dalam khotbah yang
disampaikan oleh nabi Yesaya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan IA
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan bagi orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas,
untuk memberitakan bahwa tahun kesukaan Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).
Injil Lukas juga merupakan Injil yang paling kritis terhadap kesejahteraan yang
menurut gambarannya tidak sesuai dengan Injil[35].
Tahun
rahmat Tuhan: ayat ini mengingatkan kita ke Imamat
25, yaitu tentang tahun Yobel, yang diperingati setiap lima puluh tahun. Pada
tahun tersebut tanah dan rumah orang-orang miskin yang dulunya sudah terjual
dikembalikan kepada mereka dan utang mereka dihapuskan. Budak-budak juga
dibebaskan pada tahun tersebut. Dimana pada ayat 18 ini, pada saat Yesus
memulai pekerjaan-Nya, pada saat itulah Tuhan menyelamatkan umat-Nya.
Ay.18, Roh Tuhan ada pada-Ku, kata-kata ini menunjuk kepada Yesus Kristus
sendiri yang melihat kembali pada pembaptisan Yesus. Dalam hal ini Yesus
melebihi para nabi, Dia adalah anak yang dikasihi oleh Allah (Luk.3:21,22). Ia telah mengurapi Aku, bahwa Kristus
telah diurapi dengan Roh (seperti para Nabi dan Imam diurapi dengan minyak),
kata ini mengandung arti bahwa Kristus hanya diurapi sekali untuk selamanya.
Hal ini juga ditekankan dalam kata berikutnya, απεσταλκεν yaitu Ia telah
mengutus. Kata ini berbeda dengan kata πεμπω (mengirim) yang mengandung arti
lebih umum dan tidak menunjukkan adanya relasi khusus antara orang kiriman dan
yang mengirim, kata απεσταλκεν
menambahkan satu ide kekuasaan pendelegasian yang membuat orang yang diutus
menjadi wakil atau representatif
dari yang mengutusnya.[36]
Ayat ini merupakan deskripsi tugas
Yesus yang lengkap yang akan dipenuhinya. Kekuasaan Allah telah dikirim ke bumi
ini dalam Yesus. Apa yang dikatakan sebagai tugas hamba itu dapat diringkaskan
demikian: atas dorongan Roh Tuhan, Ia memberitakan bahwa telah datang zaman
mesias, yaitu zaman di mana Allah akan mewujudkan keselamatan yang dari pada-Nya
di bumi ini. Keselamatan itu merangkum berkat dan bahagia, baik secara jasmani
maupun secara rohani.[37]
Jadi pertama-tama “kabar baik”
mengenai keselamatan itu terutama akan menjadi kabar baik untuk orang-orang
miskin, yakni orang biasa yang oleh orang-orang berkuasa dan pemimpin-pemimpin
agama sering ditindas dan dihina. Demikian juga kepada orang-orang tawanan akan
dibebaskan (boleh berarti orang-orang dari pembuangan babel atau yang putus
harapan), kepada orang-orang buta (secara badaniah atau rohaniah) akan melihat.
Singkatnya, hamba itu akan membawa tahun kesukaann Tuhan yaitu masa keselamatan
atau anugerah dan kebebasan. [38]
Ay. 19. Untuk memberitakan tahun
rahmat Tuhan yang akan datang (yang tepat dan baik). Ini merupakan puncak dari
apa yang hendak disampaikan. Ini disebut tahun yang cocok/ pantas pada Tuhan.
Gambaran ini tidak diambil dari pembuangan, tetapi berasal dari tahun Yobel
orang Yahudi, yang selalu dikenal dengan tahun ke limapuluh setelah tujuh kali
tahun sabat. Ini biasanya disebut tahun anugerah TUHAN, tetapi Yesaya
menyebutnya tahun yang dapat diterima atau yang menyenangkan bagi TUHAN. Ini
hari kesukaan Tuhan karena di dalamnya rencana keselamatan-Nya sedang
dinyatakan melalui Yesus Kristus.[39]
V.
Muatan
Teologi
Muatan teologi yang dapat dilihat
adalah:
Ø Kabar Keselamatan diberikan kepada
semua orang, tidak terbatas hanya kepada umat Allah tetapi bagi orang kafir
juga yang mengakui dan percaya kepada Allah.
Ø Teologi penderitaan, bahwa setiap
orang yang menderita dan tertindas yang percaya kepada Allah akan mendapat
penghiburan dan kebahagiaan. Karena Yesus sendiri sebagi juruselamat ada
bersama-sama dengan orang yang menderita dalam penderitaan tersebut.
5.1 Kontiniuitas dan diskontiniuitas
5.1.1
Kontiniuitas
Kabar keselamatan yang diberitakan
oleh Tritoyesaya bergema dan digenapi oleh Yesus Kristus. Injil kerajaan Allah
dilihat para penginjil dalam terang tahun rahmat itu. Menurut Lukas 4:18-19,
Yesus memperkenalkan diri di Nazaret dengan membaca Yes.61:1-2. Dengan nas yang
sama Yesus juga menemani orang-orang tertekan, untuk menghidupkan hati orang
yang remuk. Dia-lah yang melepaskan mereka dari segala belenggu dan yang
mengajak mereka hidup sebagai anak-anak Allah. [40]
5.1.2
Diskontiniuitas
Tritoyesaya adalah nabi yang
memberitakan Firman Tuhan yang disampaikan oleh TUHAN kepadanya. Artinya berita
keselamatan yang dibawanya ditujukan kepada seorang mesias atau juruselamat
yang bukan dirinya sendiri. Berbeda dengan itu Injil Lukas 4:18-19, mengatakan
Yesus sebagai pembawa kabar sukacita tersebut, juga merupakan isi pesan
tersebut. Artinya Yesus sendiri-lah berita keselamatan itu. Dengan kata lain
Yesus memperkenalkan diri-Nya sendiri sebagai juruselamat yang akan memberikan
kebebasan dan keselamatan bagi orang-orang tertindas.
VI. Kesimpulan
Kabar Baik yang di beritakan nabi
Yesaya adalah kabar keselamatan bagi bangsa Israel dan bagi seluruh
bangsa-bangsa yang tertindas. Di mana nabi Yesaya adalah nabi yang diutus oleh
Allah untuk mengabarkan berita keselamatan. Karena Allah tahu bahwa bangsa
Israel dan bangsa-bangsa lainnya sedang mengalami ketertindasan, maka Allah
mengutus nabi Yesaya agar memberitakan Kabar Baik tersebut.
Adapun keselamatan itu diterima bukan
hanya untuk bangsa Israel saja, tetapi semua orang yang sedang tertindas dalam
bentuk apapun. Kabar keselamatan ini pun tidak hanya di kabarkan dalam
Perjanjian Lama saja, ketika zaman para nabi. Tetapi juga pada zaman Perjanjian
Baru, di mana Tuhan Yesus Kristus datang untuk memberitakan “Kabar Baik” bagi
seluruh umat manusia. Hanya saja keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus
Kristus lebih dalam maknanya. Karena bukan hanya mengenai orang-orang tertindas
saja yang diselamatkan, tetapi juga kepada manusia yang sudah berdosa
diselamatkan melalui pengorbanan diri-Nya. Sehingga semua umat manusia telah
diselamatkan dari segala ketertindasan dan dosa.
Kabar Baik adalah rencana pembebasan
dan pemulihan yang dijanjikan Tuhan kepada setiap orang tertindas yang percaya kepada-Nya dan telah
digenapi dalam Yesus Kristus.
Yesus Kristus adalah pembawa kabar
baik dan sekaligus sebagai kabar baik bagi setiap orang (termasuk orang kafir
yang menjadi percaya).
Allah menyatakan keselamatan itu dalam
Yesus Kristus, yang hadir bersama-sama dengan orang yang menderita dan
tertindas dalam penderitaan dan penindasan itu.
Penindasan dan penderitaan akan berubah menjadi kebahagiaan dan
keselamatan pada hari kesukaan Tuhan.
[1] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
jilid I, YKBK, Jakarta 2007, hlm. 435
[2] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
jilid II, YKBK, Jakarta 2007, hlm. 375
[3] W. J. S. Poerwadarminta
(penyusun), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1982,
hlm. 892
[4] Karl Rahner, Encyclopedia of
Theology, Burns & Oates, London 1981, hlm. 1504
[5] G. Johannes Botterweck &
Helmer Ringgren (ed.), Theological Dictionary of the Old Testament,
William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids 1975, hlm. 316
[6] Gerhard Kittel (ed.), Theological
Dictionary of the New Testament, WM. B. Eerdmans Publishing Company, Grand
Rapids 1964, hlm. 717
[8] Ibid.: hlm. 719
[9] Marie-Claire Barth-Frommel, Tafsiran
Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 56-66, BPK-GM, Jakarta 2008, hlm. 2
[10] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, BPK
Gunung Mulia: Jakarta 2005: hlm. 118-119
[11] Ibid.: hlm.120
[12] M.C. Barth-Frommel, Op.Cit: hlm. 7
[13] Ibid., hlm. 56
[14] C. Barth, Op.Cit, hlm.
119
[15] (Ed. M.K. Sembiring, Edward A.
Kotynski, Kareasi H. Tambur), Pedoman Penafsiran Alkitab: Injil Lukas,
LAI & YKBBI, Jakarta 2005, hlm. 1
[16] Jerome Kodell, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Editor: Dianne Bergant dan
Robert J. Karris, Kanisius, Yogyakarta 2007, hlm. 114
[17]
Ibid., 115
[18] B. E. Drewes, Satu Injil Tiga
Pekabar, BPK-GM, Jakarta 2006, hlm.277
[19] M.E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia: Jakarta 2006: hlm.
86
[20] B.J. Boland, Tafsiran Alkitab: Injil Lukas, BPK Gunung Mulia: Jakarta 2001: hlm. 8
[21] F.F Bruce – Harun Hadiwijono, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3; Matius-Wahyu,
Komunikasi Bina Kasih: Jakarta 2008: hlm.185-186
[22] Duyverman, Op.Cit.: hlm.68
[23] Marie-Claire Barth-Frommel, Op.cit.,
hlm. 57
[24] Ibid., hlm. 58
[25] C. Barth, Op.cit., hlm.
122
[26] D. C. Mulder, Pembimbing
Kedalam Perjanjian Lama, Jakarta 1970, hlm. 105
[27] Marie-Claire Barth-Frommel, Op.cit.,
hlm. 58
[28] W. S. Lasor, D. A. Hubbard, F.
W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, BPK-GM, Jakarta 1994, hlm. 285
[29] F.F. Bruce – Harun Hadiwijono, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2: Ayub-Malekahi,
Komunikasi Bina Kasih: Jakarta 2008: hlm. 430
[30] Elmer A. Leslie, ISAIAH; Chronologically arranged, translated
and interpreted, Abingdon Press: New York 1963: hlm. 223, 224
[31] John D.W. Watts, Word Biblical Commentary 25; Isaiah 34-66, Word Books Publisher: Waco, Texas 1987: hlm.
302,303
[32] (Ed. M.K. Sembiring, Edward A.
Kotynski, Kareasi H. Tambur), Op.cit., hlm. 125
[33] Ibid., hlm. 125
[34] Ibid.
[35] William Chang, Berteologi
Pembebasan, OBOR, Jakarta 2005, hlm. 81-82
[36] Alfred Plummer, A Critical And Exegetical Commentary on the
Gospel According to S. Luke, T&T Clark: Edinburgh 1960: hlm.121
[37] Boland, Op.Cit.: hlm.103
[38] Ibid.:hlm.104
[39] Albert Lenski, Interpretation of St. Luke’s Gospel,
Wartburg Press: Ohio 1946: hlm. 252
[40] C. Barth, Op.Cit.: hlm. 122
How to make money with virtual games - WorkMaker Money
BalasHapusVirtual Sports Games · In Virtual Sports, you select febcasino a งานออนไลน์ virtual reality (VR) sport and then place bets on virtual games like 1xbet blackjack, soccer,