Selasa, 04 September 2012

Allah peduli kepada orang yang sengsara/lemah (Yesaya 35: 4-7a)

Pengantar
Nama Yesaya (Ibrani: ‘Yesya-yahu’) berarti ‘keselamatan dari TUHAN’. Yesaya bernubuat di Yehuda, di kota Yerusalem pada tahun 740-701 s.M. Pasal 35: 4-7a, adalah bagian dari Proto Yesaya (Pemberitaan sebelum pembuangan). Pasal ini disampaikan oleh nabi Yesaya sebelum umatnya yaitu bangsa Israel dihukum/dibuang oleh Allah di Babel. Yesaya menubuatkan sekaligus mengingatkan akan kasih Allah kepada umatNya. Bahwa oleh kasihNya bangsa Israel akan dipelihara dan mengalami perubahan yang luar biasa serta diselamatkan kalau mereka setia.
Beberapa tahun yang lalu sebuah tulisan berjudul “ The God is dead”. Dalam tulisan tersebut, dipertanyakan eksistensi atau kebaradaan kemahakuasaan dan Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia. “jika Tuhan masih hidup Dia tidak akan membiarkan terjadinya peperangan, kelaparan, penindasan dsbnya”.
Dengan kata yang berbeda tetapi dalam pengertian yang hampir sama, Ketika kita diperhadapkan kepada hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, Saat menjalani masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini, kita kehilangan sukacita , menjadi tawar hati dan pesimistis, seperti: dukacita dan, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Kita Tuhan tidak adil, Tuhan tidak lagi berpihak kepada kita. “The God is dead”.
Yesaya 35:4-7a dimulai dengan instruksi singkat untuk untuk tidak takut. Instuksi ini juga menekankan pembalikan besar yang terjadi melalui kehadiran TUHAN. Padang pasir berubah dari tempat yang kering dan tandus menjadi tanah yang subur dengan kelimpahan air, orang buta akan melihat, orang tuli akan mendengar, dan orang lumpuh akan "melompat seperti rusa".

Penjelasan Ayat
  1. Sukacita yang besar akan dinyatakan bagi umat Tuhan, suatu sukacita yang melebihi masa keemasan raja-raja sebelumnya di Israel, termasuk pada masa raja Hizkia di Yehuda. Dalam konteks yang lebih luas, teks ini seolah-olah menjawab balik masa-masa kesuraman oleh karena penghakiman Allah atas dunia (lih. Yesaya 24),
  2. Kasih dan setia Allah itulah yang kembali menebar semarak pengharapan umat. Pengharapan yang sempat layu dan kering kini digantikan dengan suatu janji yang menyatakan bahwa Allah berpihak pada mereka. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Keberpihakan Allah ini terungkap melalui kata-kata: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (ay. 4).
  3. Kata “Ia sendiri akan datang” menyatakan bahwa Allah yang berinisiatif, Allah yang memulai, Allah yang tidak tega atas keberadaan umatNya yang hidup oleh berbagai penderitaan yang terjadi. Hal ini merupkan eksistensi Allah terhadap umatNya: ketika manusia/Adam dan Hawa memakan buah yang dilarang oleh Tuhan, manusia ia bersembunyi/melarikan diri dari hadapan Allah, namun Allah berinisiatif, mencari: ”Dimanah engkau???”(Kej. 3 : 9).
  4. Gambaran kehidupan yang dilakonkan bangsa Israel dalam banyak aspek mereka bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Mereka malah menjadi pemberontak, krisis terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.
  5. Kenyataan yang dilakonkan oleh bangsa Israel, kini terjadi juga berulang-ulang terjadi dalam kehidupan bangsa pilihanNya. Jika kita dalam “komunitas” gambaran diatas maka BERTOBATLAH.
 
  1. Sukacita besar dinyatakan karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia, bahkan tidak mungkin dilakukan oleh para raja siapa pun. Perubahan dan pembaharuan ini terungkap terungkap dalam ayat 5-6a: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai”.
  2. Sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesegaran.: “sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan”. Kiasan ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat yang jauh melebihi kuasa pemerintahan siapa pun, dan jauh lebih besar dari hukuman yang dijatuhkan (Ayat 6b-7)
Penutup:
Kita harus tetap memercayai janji keberpihakan Allah bagi kita, sebab Dia sudah menunjukkan kita dalam diri Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab Dia mengerti dan peduli akan keadaan kita. Selama hidup-Nya, Yesus sangat menaruh perhatian pada kesulitan den penderitaan setiap orang. Dalam perumpamaan mengenai orang Samaria yang baik hati, Yesus bahkan mengajarkan kepada sernua orang betapa pentingnya membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Maka Yesus berkata "Pergilah dan berbuatlah demikian" (Luk.10:37). Yesus juga bergaul dengan orang-orang yang dipandang rendah dan hina. Bagi Yesus setiap manusia memiliki martabat yang luhur dan harus dihargai. “Sebab imam besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” Ibrani 4: 15.
Kita harus tetap memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan, mengubah dan membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira harus tetap setia melakukan firman Tuhan. Ketika Tuhan mengunjungi umatNya, hanya ada satu jawaban yang tepat. Semua ciptaan dan kemanusiaan ditransformasikan pada penampilan Allah, dan semua bergembira bersama dan bersorak-sorai.

Pokok-pokok Kotbah
  1. Hidup dalam IPK (Iman Pengharapan dan Kasih) berarti: Iman membuat segala sesuatu menjadi Mungkin, Pengharapan membuat segala sesuatu ceria/bersukacita, dan kasih membuat segala sesuatunya menjadi mudah.
  2. Allah Peduli bukan berarti memberikan yang enak-enak, tetapi kepedulian juga melalui penghukuman, penderitaan.
  3. Allah peduli juga membutuhkan sarana atau alat. Allah peduli melalui berbagai cara, melalui kita kepada orang lain (solidaritas).
  4. Dengan firman itu dimaksudkan supaya umat Allah disadarkan, mengerti, dan menghayati akan kasih Allah. Dengan demikian mereka akan tetap percaya dan mengasihi Allah, meskipun mereka hidup harus mengalami penderitaan dan hidup di tengah-tengah bangsa yang tidak taat kepada Allah, tetapi diharapkan umatNya untuk tetap setia.
  5. Umat Allah (orang kristen) saat ini juga hidup di tengah-tengah masyarakat yang tidak setia serta mengalami banyak tantangan. Bahkan banyak orang kristen yang juga terseret dalam kehidupan orang-orang yang tidak percaya / tidak setia kepada Allah dengan tindakannya yang egois, curang, dsb.
  6. Ditengah kehidupan yang semacam inilah kita kembali dibukakan/diingatkan oleh kasih Allah, dengan maksud supaya umat Allah hidup didalam dan oleh kasih Allah. Dengan demikian umat Allah akan mengalami keselamatan seperti yang sudah dilakukan dalam karya Tuhan Yesus dalam rangka menebus dan menyelamatkan manusia. 
  7. Marilah kita ingat akan kasih Allah pada kita, akan keselamatan yang diberikan pada kita orang-orang percaya, dan juga tidak melupakan ajaran-ajaran yang Tuhan berikan pada kita, seperti yang tertulis di Matius 22 : 37-39. Kalau kita selalu ingat dan hidup melakukan hukum kasih ini, niscaya damai sejahtera selalu ada dalam setiap hidup kita. Karena …. damai itu indah. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar